Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akhirnya berhasil menangkap sinyal Emergency Locator Transmitter (ELT), yang diduga dipancarkan dari Black Box atau kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501, yang hilang sejak 28 Desember 2014.
Menteri Koordinator Kemaritiman, Indroyono Soesilo, dalam keterangannya di kantor BPPT, Jakarta Pusat,
Minggu (11/1/2015), mengatakan sejak Sabtu pagi (10/1), kapal KM.Baruna Jaya milik BPPT telah menangkap sinyal ELT yang jaraknya sekitar 2,5 kilometer dari lokasi penemuan ekor pesawat.
"Setelah dilakukan verifikasi oleh dua kapal kami, KM. Baruna Jaya, dan MV.Java Imperia, akhirnya dipastikan lokasi Black Box atau kotak hitam. Ada di kedalaman sekitar tiga puluh meter," katanya.
Informasi tersebut kini sudah diteruskan ke Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), untuk ditindak lanjuti. Rencana selanjutnya, dua instansi tersebut yang akan mensurvei langsung ke dasar laut, dan diangkat oleh tim KNKT.
"Mereka juga akan melihat langsung benda tersebut. Tapi dari hasil yang kita dapatkan, kami yakin itu black box nya," terangnya.
Koordinat yang ditemukan KM. Baruna Jaya adalah 3 derajat, 37 menit, 20,7 detik lintang selatan, 109 derajat, 42 menit, 43 detik bujur timur. Sedangkan kapal MV.Java Imperia menemukan di koordinat 3 derajat, 37 menit, 20,7 detik lintang selatan, 109 derajat, 42 menit, 43 detik bujur timur. Dua titik itu, berbeda sekitar 20 meter.
Spesialis Geodetik BPPT, Imam Budita dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa BPPT belum bisa memastikan apakah perbedaan kordinat itu adalah hasil kesalahan penghitungan, atau memang ada dua objek yang memancarkan sinyal.
"Untuk sementata kami kurang tahu, kan dekat sekali itu jaraknya, sekitar dua puluh meter, dan frekuensinya sama. Nanti setelah di survei kita tahu," jelasnya.
Caption: Menteri Kordinator Kemaritiman, Indroyono Soesilo, bersama tim Badan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang melakukan pencarian pesawat Air Asia QZ8501
0 komentar :
Posting Komentar